?

Selasa, 02 Juni 2009

Korban Selamat Terakhir Titanic Tutup Usia


Millvina Dean, korban selamat terakhir kecelakaan kapal Titanic, meninggal dunia pada usia 97 tahun, Ahad (31/5), di Southampton, Inggris. Ketika kejadian tenggelamnya Titanic pada 14 April 1912, Dean baru berusia dua bulan lebih dan juga merupakan penumpang termuda di kapal tersebut.


Menurut seorang temannya, Gunter Babler, Dean meninggal dunia dalam tidurnya bertepatan dengan 98 tahun peluncuran kapal Titanic yang diklaim sebagai kapal anti tenggelam. Sebelumnya, Dean telah dirawat selama seminggu karena penyakit pneumonia yang dideritanya. Kendati demikian, ia telah sempat diijinkan pulang.
Dean adalah salah satu dari 706 nyawa yang selamat pada kecelakaan kapal yang hanya terjadi kurang dari tiga jam sebelum akhirnya tenggelam. Ibu Dean, Georgette, dan kakak Dean yang baru berusia dua tahun, Bertram, juga selamat dalam kecelakaan tersebut. Namun sang ayah yang berusaha menyelamatkan keluarganya justru tewas bersama 1.517 penumpang lain.
Keluarganya sendiri adalah penumpang kelas dek yang bermaksud meninggalkan pelabuhan Inggris untuk memulai hidup baru di Amerika Serikat. Ayahnya menjual klub milik keluarga dan berharap bisa membuka toko tembakau di Kota Kansas, Missouri, Amerika Serikat.
Lahir di London, 2 Februari 1912, Elizabeth Gladys "Millvina" Dean menghabiskan masa hidupnya di Southampton, pesisir Inggris, tempat Titanic berlabuh. Dia tak pernah menikah dan bekerja sebagai sekretaris hingga pensiun pada 1972 dari sebuah perusahaan teknik. Dean sendiri belum mengetahui bahwa ia salah seorang korban selamat kecelakaan Titanic hingga usianya delapan tahun, saat sang ibu bercerita tentang kematian sang ayah.
Saksi mata dan korban selamat asal Amerika terakhir, Lillian Gertrund Asplund yang saat kejadian baru berusia lima tahun, telah meninggal Mei 2006 pada usia 99 tahun
Readmore »»

Senin, 01 Juni 2009

Kota Yang Tidak Memiliki Angka 12,13,14



Angka 13 dianggap oleh sebagian orang sebagai angka sial. Kota Palmerston North yang berada di Selandia Baruadalah salah satu kota yang mempercayai anggapan itu. Dan demi menangkis segala kesialan yang mungkin akan terjadi, angka 13 disingkirkan dari deretan angka.


Kebijakan tidak biasa ini diambil agar orang-orang yang memiliki phobia dengan angka 13 tidak lagi takut untuk membeli rumah dengan angka yang dianggap sial itu, tertulis di kotak pos mereka.
Tidak hanya angka 13, kota ini juga mengeluarkan kebijakan untuk menghilangkan dua angka lainnya yaitu 12 dan 14. Mereka meyakini bahwa kedua angka tersebut juga akan menularkan nasib sial karena berdampingan dengan angka 13. Jadi tidak perlu heran jika suatu saat Anda mengunjungi kota Palmerston North dan tidak menemui rumah dengan nomor 12, 13 dan 14.
Peraturan yang dibuat oleh pemerintah setempat ini sempat menuai kontraversi, karena tidak semua penduduk mempercayai mitos tersebut.
Salah satu warga yang tidak mempercayainya adalah Basil Buckley. Lelaki berusia 92 tahun ini menganggap kebijakan tersebut sebagai omong kosong. Dia mengatakan bahwa sudah hampir 40 tahun dirinya tinggal di sebuah rumah bernomor 13, namun hingga kini kondisinya masih dalam keadaan baik dan tidak ada kejadian buruk yang menimpanya
Readmore »»

Minggu, 31 Mei 2009

Miliki 21 Anak dari 11 Wanita


Hobi bikin anak, tapi ogah menghidupinya. Begitulah kelakuan Desmond Hatchett. Pria 29 tahun itu tega menelantarkan 21 anaknya yang lahir dari 11 perempuan berbeda. Dia tidak pernah sama sekali memberikan tunjangan bagi semua buah hatinya.


''Saya tidak bermaksud memiliki (anak) terlalu banyak. Itu terjadi begitu saja,'' tukasnya enteng seperti dikutip Telegraph. Kasus ini mengantarkan Hatchett ke peradilan. Kelakuan Hatchett juga membuat marah banyak orang. Banyak warga Knoxville meminta bapak terburuk di dunia itu untuk dikebiri saja.
Keputusan pengadilan Kamis (28/5), Hatchett tidak perlu masuk penjara. Hanya saja, pihak berwenang Knoxville akan mengambil separuh gaji Hatchett untuk anaknya. Pasalnya, aturan hukum setempat melarang negara ''menyita'' lebih dari itu. Daily Mail melaporkan setidaknya per anak nantinya mendapatkan tunjangan GBP 1 (sekitar Rp 16.500) per minggu dari Hatchett. Pasalnya, penghasilan dia sebagai pekerja rendahan juga tak seberapa.
''Semua anak itu tidak bisa ditanggung seluruhnya oleh Desmond. Jadi Negara Bagian Tennessee mengambil suatu langkah,'' tutur pengacara Hatchett, Keith Pope. Sisa dari biaya yang dibutuhkan akan diambilkan dari para pembayar pajak.
Normalnya, seorang ibu menerima tunjangan antara USD 25 (sekitar Rp 255.823) hingga USD 309 (sekitar Rp 3,1 juta) per bulan, bergantung pada berapa banyak tanggungan anak yang mereka miliki.
Salah seorang perempuan yang memiliki dua anak hasil hubungannya dengan Hatchett mengatakan dia seharusnya mendapatkan GBP 44 (726.282) sebulan. Namun dia jarang menerima tunjangan. ''Itu membuatku frustasi,'' bebernya.
Perempuan lain mengatakan yang juga tak bersedia menyebutkan identitasnya menceritakan bahwa selama ini dia juga tidak mendapatkan bantuan financial dari Hatchett. Dia berusaha mati-matian demi menghidupi putranya yang sangat doyan susu. ''Padahal, susu tidak murah,'' keluhnya.
Hatchett memang keterlaluan. Semula dia hanya diketahui memiliki empat anak dari wanita yang berbeda dalam tahun yang sama. Namun, begitu kemunculan kasusnya di televisi lokal WVLT, barulah muncul pengaduan dari sejumlah perempuan lain bahwa mereka juga memiliki anak dari benih Hatchett. Total, Hatshett punya 21 anak yang berusia antara 11 bulan hingga 11 tahun.
Readmore »»

Selasa, 19 Mei 2009

Seorang Nenek Jadi Pecandu Facebook Dan Twitter


Ivy Bean, yang tinggal di sebuah rumah perawatan di Bradford, memiliki 4.800 teman-teman di Facebook, seperti dilaporkan The Sun.
Tetapi sekarang dia lebih suka bergabung dengan Twitter. Antusiasme Ivy tersebar di antara temannya di rumah perawatan Hillside Manor di Bradford.
Manajer Pat Wright berkata, "Semua warga mengambil dari halaman dia, empat mendaftar untuk komputer sekolah. Lainnya telah bergabung dengan Facebook atau berselancar internet, dan menikmati permainan.”
Para pekerja di rumah perawatan tempat Ivy itu mendapat bantuan untuk kelancaran berinternet khususnya saat dia beralih ke Twitter, dipanggil pakar informasi teknologi, The Geek Squad.
Boss Martin Dix berkata, "Ini sangat luar biasa, membantu seseorang sebagai sumber inspirasi seperti Ivy untuk memulai dan mengajarinya tentang Twitter. Dia lain menunjukkan bahwa Anda tidak boleh takut teknologi."[ti/ais]
Readmore »»

Artikel Terbaru

Random Post

Blog Archive




 
Link Exchange

Powered by  MyPagerank.Net