Anjing hasil kloning kembali lahir di Seoul. Tapi, berbeda dengan hasil pengkloningan sebelumnya, kali ini lima anjing hasil eksperimen tim ilmuwan dari Universitas Nasional, Seoul, tersebut memiliki keistimewaan berupa bulu yang bisa menyala di bawah sinar ultraviolet.Itu bisa terjadi karena lima anjing tersebut merupakan binatang transgenik. Maksudnya, kode genetik mereka memang sengaja dimodifikasi sehingga menghasilkan bulu yang bisa menyala merah gelap. Modifikasi itu berupa pentransferan gen fluorescent ke sel telur masing-masing anjing menggunakan retrovirus.
Sebelumnya, pada 2005, tim yang sama yang dipimpin Byeong-Chun Lee berhasil mengkloning anjing laki-laki. Setahun kemudian, tim tersebut sukses mengkloning anjing perempuan. Untuk eksperimen kali ini, jenisnya juga perempuan. Ruppy, nama salah satu di antara lima anjing tadi, ditunjukkan kepada publik via majalah New Scientist edisi bulan depan sebagai bukti kesuksesan.
"Langkah berikutnya yang akan kami lakukan ialah mengkloning anjing yang bisa mengalami penyakit yang biasanya hanya menyerang manusia," kata Che Myong Ko, salah seorang anggota tim, seperti dikutip Daily Mail kemarin (25/4).
Itu, ujar Byeong, dimaksudkan agar anjing hasil kloning tersebut bisa dijadikan sebagai kelinci percobaan untuk mencari obat paling mujarab bagi berbagai penyakit yang menyerang manusia. Tapi, ambisi itu dikritik sejumlah pakar. "Transgenesis itu percobaan yang tingkat keberhasilannya kecil, mahal, dan lambat," cetus Nathan Sutter, ahli ilmu genetika dari Universitas Cornell, New York. (jp/pit)
Sebelumnya, pada 2005, tim yang sama yang dipimpin Byeong-Chun Lee berhasil mengkloning anjing laki-laki. Setahun kemudian, tim tersebut sukses mengkloning anjing perempuan. Untuk eksperimen kali ini, jenisnya juga perempuan. Ruppy, nama salah satu di antara lima anjing tadi, ditunjukkan kepada publik via majalah New Scientist edisi bulan depan sebagai bukti kesuksesan.
"Langkah berikutnya yang akan kami lakukan ialah mengkloning anjing yang bisa mengalami penyakit yang biasanya hanya menyerang manusia," kata Che Myong Ko, salah seorang anggota tim, seperti dikutip Daily Mail kemarin (25/4).
Itu, ujar Byeong, dimaksudkan agar anjing hasil kloning tersebut bisa dijadikan sebagai kelinci percobaan untuk mencari obat paling mujarab bagi berbagai penyakit yang menyerang manusia. Tapi, ambisi itu dikritik sejumlah pakar. "Transgenesis itu percobaan yang tingkat keberhasilannya kecil, mahal, dan lambat," cetus Nathan Sutter, ahli ilmu genetika dari Universitas Cornell, New York. (jp/pit)
Comments for this post
